tips perencanaan keuangan

Setelah kita memiliki penghasilan, tentunya kita ingin uang kita terus berlipat dan bertambah, bukan? Resiko inflasi dan kemungkinan besarnya biaya administrasi perbankan bisa menjadi hal yang menyebalkan yang berujung pada tergerusnya uang kita di bank. Jadi, apa salahnya kita mulai mengalokasikan uang kita dalam investasi yang sehat? Berikut tips perencanaan keuangan sederhana, buat kita yang ingin memulai namun belum tahu harus mulai dari mana.

 

1. Mulailah dari Sekarang

Sering sekali saya mendengar curhatan teman atau klien yang berkata,”Duh, coba saya tahu sejak dulu.” Ada penyesalan yang tersirat di sini.

Sebenarnya investasi tidak pernah ada kata terlambat. Kita masih bisa melakukannya, selama kita melakukannya dan mau memulainya sekarang. Sesederhana karena semakin kita muda, maka resiko bisa diminimalisir dan hasil bisa semakin besar, sementara dana yang kita investasikan bisa jauh lebih kecil untuk hasil yang sama besar.

Waktu adalah teman baik kita. Manfaatkan dengan memulai investasi sekarang.

 

2. Konsultasi atau Berbicaralah Dengan Seseorang yang Paham

Ada banyak buku dan blod serta artikel tentang investasi. Mungkin kita bisa mengerti dan memahaminya, namun akan beda hasilnya kalau kita berkonsultasi langsung dengan para ahli perencana keuangan karena apa yang kita butuhkan bisa spesifik dijelaskan dan diarahkan sesuai dengan kebutuhan keuangan kita.

Lagipula, kita akan memiliki kebebasan untuk bertanya lebih detail dan belajar bukan?

 

3. Miliki Tujuan Keuangan

Tujuan keuangan adalah peta hidup kita. Kalau kita memiliki tujuan keuangan yang spesifik, maka kita akan tahu apa yang harus kita lakukan dan bagaimana mencapainya.

Misal: Kebutuhan Dana Pensiun. Kita ingin pension 30 tahun lagi misalnya, maka instrument investasi yang tepat adalah yang memberikan imbal balik besar untuk jangka panjang seperti saham dan reksadana.

Dan dengan memiliki tujuan keuangan, akan lebih memudahkan kita untuk memonitor perkembangannya apakah sesuai dengan target atau tidak.

 

4. Mulailah Berinvestasi Dari Yang Sederhana

Kalau kita masih takut atau ragu untuk memulai berinvestasi di saham, lihat ke sekeliling produk yang ada di rumah kita. Apakah produknya terdaftar di bursa efek? Produk-produk rumah tangga sederhana seperti Blue Band, sudah ada mungkin malah sebelum kita lahir.

Kalau kita telah percaya dengan produknya selama lebih dari puluhan tahun, kenapa tidak kita memiliki perusahaannya? Atau mulai dari Bank yang ATMnya tersimpan manis di dalam dompet? Atau kita miliki saja perusahaan yang hasil produknya adalah merk-merk pakaian yang selalu kita beli dan merupakan clothing line wajib isi lemari, tempat ngopi favorit, atau burger kesukaan adik kecil kita.

 

5. Berinvestasilah Sejauh Isi Dompet

Investasi ga selalunya harus mahal dan berjuta-juta. Ada beberapa saham pilihan yang harganya mulai daro Rp. 700,00 perlembar saham atau Rp. 70.000,00 per lot. Saham-saham perbankan berkisar antara Rp. 4.000,- sampai Rp. 11.000,- atau sekitar paling mahal sejutaan. Atau saham Unilever juga bisa kita miliki dengan modal Rp. 4 jutaan.

Masih merasa ragu dan mahal? Kita bisa coba dengan mulai berinvestasi di reksadana saja. Reksadana bisa kita miliki mulai dari Rp. 100.000,- Dan dengan system autodebit, kita tidak usah perlu khawatir lagi lupa berinvestasi karena kemudahan yang diberikan.

 

6. Diversifikasi

‘Jangan menaruh telur dalam satu keranjang’, pasti kita pernah mendengar istilah itu. Analogi sederhana dengan maksud supaya hasil investasi kita tidak semuanya jatuh apabila kondisi pasar sedang tidak kondusif.

Bisa saja kita berinvestasi di saham perbankan, property, konstruksi, tambang, consumer goods, dan hanya memiliki satu jenis saham di setiap bidang. Bisa. Dan ini sudah termasuk diversifikasi.

Untuk pemula, baiknya memang kita hanya memiliki 5 – 7 jenis saham yang kita nyaman untuk berinvestasi jangka panjang.

Reksadana sendiri sudah memiliki diversifikasi yang seimbang dalam portfolionya, sehingga kalau kita memiliki waktu yang sibuk untuk memilih dan dana yang terbatas, beli saja reksadana, karena sudah ada manager investasinya yang kompeten dalam mengatur hasil baik untuk investasi kita.

 

7. Independen

Berpangku pada broker memang enak. Sudah ada manager investasi yang membantu kita mengatur kapan waktu yang tepat untuk menjual atau membeli saham. Namun dengan bersikap independen dan melakukan sendiri proses belajar dan mengetahui berita-berita pendukung, otomatis memang ada kerja extra yang dilakukan, tapi I am my own master. Selain ilmu kita sendiri yang bertambah, kita akan lebih tahu tentang ekomoni Negara Indonesia sendiri.#