Profil Dua Mahasiswa UGM yang Jadi Korban Karamnya Kapal KKN UGM

Sebuah insiden menyedihkan terjadi di perairan Debut, Kabupaten Maluku Tenggara pada 1 Juli 2025. Dua peserta program KKN-PPM Unit Manyeuw dari UGM meninggal dunia saat melakukan kegiatan pengabdian masyarakat.
Kedua korban adalah Septian Eka Rahmadi dari Fakultas Teknik Industri dan Bagus Adi Prayogo dari Fakultas Kehutanan. Mereka tengah terlibat dalam program revitalisasi terumbu karang bersama 10 orang lainnya ketika kecelakaan terjadi.
Menurut laporan Antara News, tim yang terdiri dari 7 mahasiswa dan 5 warga lokal ini sedang mengambil pasir untuk kegiatan konservasi. Sepuluh orang lainnya berhasil selamat dari musibah ini.
Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya prosedur keselamatan dalam setiap kegiatan pengabdian masyarakat. Koordinasi tim dan pemantauan kondisi lapangan harus menjadi prioritas utama.
Duka Mendalam untuk Septian Eka Rahmadi dan Bagus Adi Prayogo
Keluarga besar UGM berduka atas kehilangan dua mahasiswa berprestasi dalam insiden tragis di Maluku Tenggara. Septian Eka Rahmadi dari Fakultas Teknik dan Bagus Adi Prayogo dari Fakultas Kehutanan meninggalkan warisan inspirasi melalui dedikasi mereka di dunia akademik dan pengabdian masyarakat.
Profil Septian Eka Rahmadi: Semangat Teknologi untuk Masyarakat
Asal usul Septian dari Sumbawa Besar tidak menghalanginya meraih IPK 3.7 di Program Studi Teknik Industri. Selama KKN, pria kelahiran 2003 ini mengembangkan alat penyaring air sederhana untuk masyarakat pesisir. “Dia selalu punya solusi praktis untuk masalah teknis,” kenang salah satu rekan timnya.
Selain aktif di Himpunan Mahasiswa Teknik, Eka Rahmadi tercatat sebagai peneliti muda dalam proyek energi terbarukan. Prestasinya diabadikan dalam pameran inovasi kampus bulan lalu.
Bagus Adi Prayogo: Jiwa Konservasi yang Tak Terlupakan
Lahir di Bojonegoro, Bagus Adi dikenal sebagai aktivis lingkungan sejak SMA. Mahasiswa Fakultas Kehutanan ini mencatatkan IPK 3.8 sambil memimpin komunitas pecinta alam kampus. Program restorasi mangrove yang dirintisnya telah melibatkan 120 relawan lokal.
“Dia mengajar kami bahwa konservasi dimulai dari kesadaran kecil,” tutur warga Desa Tual yang pernah bekerja sama dengannya. Hingga detik terakhir, Bagus Adi masih menyusun proposal pengembangan ekowisata berbasis masyarakat.
Dr. Suryanto, dosen pembimbing akademik mereka, berkomentar: “Keduanya mewakili generasi terbaik – cerdas secara intelektual namun tetap rendah hati. Kepergian mereka adalah kerugian besar bagi dunia pendidikan.”
Kronologi Tragedi Kapal KKN UGM di Maluku Tenggara
Hari itu, tim KKN sedang bersiap untuk kegiatan konservasi laut di perairan Maluku Tenggara. Rencananya, mereka akan mengambil material untuk proyek revitalisasi terumbu karang menggunakan sistem artificial patch reef.
Kegiatan Revitalisasi Terumbu Karang Sebelum Insiden
Dua perahu motor mengangkut 12 orang menuju lokasi pengambilan pasir. Material ini penting untuk membangun struktur rehabilitasi ekosistem laut.
Cuaca awalnya cukup mendukung dengan kecepatan angin 15 knot. Tim terdiri dari tujuh mahasiswa dan lima warga lokal yang berpengalaman.
Saat Perahu Terbalik Diterjang Gelombang Pasang
Kondisi berubah drastis saat angin kencang 25 knot tiba-tiba menerpa. Gelombang setinggi 2 meter membuat perahu tidak stabil.
Nelayan setempat yang melihat kejadian segera melakukan penyelamatan. Lima orang berhasil dievakuasi, sementara yang lain terseret arus.
Dua jam kemudian, satu korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Pencarian terus dilakukan hingga malam hari.
Upaya Evakuasi dan Penemuan Jenazah
Operasi penyelamatan segera dilaksanakan setelah laporan kecelakaan kapal diterima. Tim gabungan dari Basarnas dan TNI AL tiba di lokasi dalam waktu satu jam. Mereka dibantu oleh relawan lokal yang mengenal medan perairan Debut.
Proses Pencarian oleh Tim Gabungan
Pencarian difokuskan pada area tempat kapal terakhir terlihat. Teknologi sonar digunakan untuk memindai dasar laut yang berarus kuat. Selama 12 jam, tim menyisir wilayah seluas 5 kilometer persegi.
Jenazah Bagus Adi Prayogo ditemukan pukul 23.00 WIT, terdampar di karang sekitar 3 km dari lokasi kejadian. “Kondisi medan sangat menantang, tetapi kami tidak menyerah,” ujar koordinator Basarnas.
Dukungan Masyarakat Lokal dalam Evakuasi
Warga Desa Debut turun tangan dengan perahu tradisional dan peralatan sederhana. Mereka membantu mengarahkan tim SAR ke titik-titik yang sering terkena arus.
Pemerintah daerah juga mengerahkan tim medis dan forensik untuk identifikasi korban. Kerja sama ini mempercepat proses evakuasi meski cuaca buruk.
Kisah heroik masyarakat menjadi bukti solidaritas dalam tragedi ini. “Kami berutang budi pada nelayan yang membantu tanpa pamrih,” kata salah satu peserta KKN yang selamat.
Respons Resmi dari Universitas Gadjah Mada
Universitas Gadjah Mada mengeluarkan pernyataan resmi terkait insiden tragis di Maluku Tenggara. Kampus menyatakan komitmennya untuk mendukung keluarga korban dan mengevaluasi sistem pengabdian masyarakat.
Pernyataan Duka dari Direktur Pengabdian Masyarakat UGM
Rustamadji, Direktur Pengabdian Masyarakat UGM, menyampaikan duka mendalam. “Kami kehilangan dua anak muda berbakat yang sangat dedikatif. Segala bentuk bantuan akan diberikan kepada keluarga,” ujarnya dalam konferensi pers.
Rektorat juga menggelar doa bersama di Balairung UGM. Acara ini dihadiri oleh ratusan sivitas akademika sebagai bentuk penghormatan.
Rencana Evaluasi Prosedur Keselamatan KKN
UGM akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap prosedur keselamatan program pengabdian. Beberapa langkah konkret yang direncanakan:
- Pembatasan lokasi KKN di daerah rawan bencana alam.
- Pelatihan khusus keselamatan maritim bagi peserta.
- Kerja sama dengan BMKG untuk pemantauan cuaca real-time.
Anggaran alat keselamatan juga akan ditingkatkan. Direktur Pengabdian Masyarakat menekankan pentingnya kolaborasi dengan pihak berwenang setempat.
Tim psikolog kampus telah disiagakan untuk mendampingi rekan-rekan korban. Langkah ini bagian dari komitmen UGM dalam menjaga kesehatan mental sivitas akademika.
Profil Program KKN UGM dan Kontroversinya
Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan tinggi di Indonesia sejak puluhan tahun silam. Kegiatan ini dirancang sebagai jembatan antara teori akademik dengan praktik langsung di masyarakat.
Tujuan Awal KKN sebagai Pengabdian Masyarakat
Konsep pengabdian masyarakat melalui KKN pertama kali diperkenalkan tahun 1951 sebagai program pengiriman guru ke daerah terpencil. “Ini adalah bentuk nyata tri dharma perguruan tinggi,” jelas Prof. Sardjito, salah satu pionir program ini.
Di era modern, format KKN UGM telah berkembang mencakup berbagai bidang:
- Pemberdayaan ekonomi kreatif
- Konservasi lingkungan
- Pengembangan teknologi tepat guna
Biaya operasional tidak lagi sederhana seperti dulu. Untuk tim 30 orang ke Maluku Tenggara saja, anggaran transportasi mencapai Rp160 juta – belum termasuk akomodasi dan logistik.
Kritik Terhadap Efektivitas Program Jangka Pendek
Durasi KKN yang umumnya 1-2 bulan sering menjadi sorotan. Kritik efektivitas muncul karena program dinilai terlalu singkat untuk menciptakan perubahan berkelanjutan.
Beberapa kasus viral seperti mahasiswa program kkn yang diusir warga (UNP dan Unjani) menunjukkan kesenjangan antara rencana kegiatan dengan kebutuhan riil masyarakat. Pakar pendidikan seperti Dr. Nurhayati menyatakan:
“KKN era 1970-an lebih fokus pada transfer pengetahuan dasar, sementara sekarang mahasiswa kerap membawa agenda kompleks tanpa persiapan memadai.”
Wacana perubahan durasi menjadi minimal 6 bulan mulai mengemuka. Namun, tantangan biaya kkn dan penyesuaian kurikulum masih menjadi hambatan utama.
Meski kontroversi mengiringi, nilai dasar pengabdian masyarakat tetaplah relevan. Tragedi Maluku Tenggara menjadi momentum evaluasi untuk menyeimbangkan idealisme dengan aspek keselamatan.
Dampak Insiden terhadap Kebijakan KKN Nasional
Data mengejutkan mengungkap 272 kasus insiden KKN dalam lima tahun terakhir. Fakta ini memaksa pemerintah dan perguruan tinggi memikirkan ulang kebijakan kkn yang berlaku selama ini.
Pembahasan Ulang Standar Keamanan
Kemendikbud telah membentuk tim khusus untuk merevisi panduan nasional pengabdian masyarakat. Fokus utamanya adalah penyusunan standar keamanan yang lebih kuat di berbagai aspek:
- Persyaratan alat pelindung diri wajib untuk kegiatan berisiko
- Sistem pelaporan cuaca real-time dari BMKG
- Pelatihan dasar penyelamatan bagi peserta
Beberapa universitas ternama seperti ITB dan Unpad sudah menerapkan protokol lebih ketat. “Kami membandingkan 15 model pengamanan sebelum merumuskan draft baru,” jelas perwakilan Kemendikbud.
Suara Mahasiswa tentang Biaya dan Risiko KKN
Petisi perubahan sistem KKN telah dikumpulkan 15.000 tanda tangan dalam seminggu. Mahasiswa menuntut transparansi biaya risiko dan perlindungan asuransi yang memadai.
Riana, mahasiswa semester 7 Fakultas Kedokteran UGM berbagi pengalaman: “KKN ke daerah terpencil menghabiskan Rp3,5 juta, tapi fasilitas keselamatan minim. Kami butuh jaminan konkret.”
Wacana KKN daring untuk lokasi berbahaya mulai mendapat dukungan. Namun, pakar pendidikan memperingatkan agar tidak kehilangan esensi pengabdian lapangan.
Tragedi ini menjadi momentum penting bagi seluruh pemangku kepentingan. Evaluasi kebijakan kkn diharapkan bisa menyeimbangkan antara manfaat akademik dan jaminan keselamatan peserta.
Kenangan dari Rekan-Rekan KKN
Video dokumenter terakhir mereka menyimpan momen berharga tentang dedikasi di lapangan. Teman-teman satu tim masih menyimpan rekaman saat mereka tertawa lepas sambil bekerja.
Kisah Kolaborasi dalam Tim Revitalisasi Terumbu Karang
Proyek revitalisasi terumbu menjadi saksi kolaborasi tim yang solid. Rekaman GoPro menunjukkan Septian sedang menjelaskan desain artificial patch reef kepada warga.
Beberapa inovasi mereka tercatat dalam dokumen proyek:
- Sistem modular untuk memudahkan transportasi material
- Penggunaan bahan lokal yang ramah lingkungan
- Desain yang memperhitungkan arus kuat di Maluku Tenggara
Di laptop Septian, ditemukan puisi bertajuk “Laut yang Berbisik”. Karya ini menggambarkan harapannya untuk ekosistem pesisir yang pulih.
Sosok Bagus dan Septian di Mata Teman-Teman
Sosok Bagus dikenal sebagai pribadi yang tekun namun penuh canda. “Dia selalu punya cerita lucu saat kami kelelahan,” kenang salah satu teman-teman tim.
Karakteristik | Bagus Adi | Septian Eka |
---|---|---|
Gaya Kepemimpinan | Mengajak diskusi | Memberi contoh langsung |
Kontribusi Proyek | Desain ekologis | Inovasi teknis |
Warisan | Surat untuk kampung halaman | Puisi konservasi |
Surat yang belum sempat dikirim sosok Bagus berisi rencana pengembangan ekowisata. Tulisan ini menjadi bukti cintanya pada revitalisasi terumbu dan masyarakat pesisir.
Semangat kolaborasi tim mereka menginspirasi rekan-rekan untuk melanjutkan proyek. “Ini yang mereka ingin selesaikan, kami akan lanjutkan,” tegas salah satu anggota tim.
Dukungan untuk Keluarga Korban
Solidaritas kampus dan masyarakat mengalir deras untuk meringankan beban keluarga korban. Dari bantuan finansial hingga pendampingan psikologis, berbagai pihak turun tangan.
Proses Pemulangan Jenazah ke Daerah Asal
Pemulangan jenazah Septian Eka Rahmadi dilakukan via Surabaya menuju Lombok. Tim KAGAMA membantu koordinasi logistik yang rumit akibat jarak dan kondisi cuaca.
Proses ini melibatkan:
- Penerbangan khusus dengan protokol kesehatan ketat
- Pendampingan petugas forensik selama transit
- Penjemputan oleh keluarga besar di bandara Lombok
Inisiatif Penggalangan Dana dari Komunitas Kampus
Penggalangan dana via Kitabisa mencapai Rp380 juta dalam 72 jam. Dana ini dialokasikan untuk:
Kebutuhan | Jumlah (Rp) |
---|---|
Biaya pemulangan jenazah | 120 juta |
Bantuan pendidikan adik korban | 150 juta |
Proyek memorial (perpustakaan) | 110 juta |
Komunitas kampus juga menginisiasi penghijauan 1.000 pohon sebagai bentuk penghormatan. Alumni UGM merancang memorial scholarship untuk penerus semangat kedua korban.
Seperti dalam kasus evakuasi WNI, kolaborasi menjadi kunci penyelesaian tantangan kemanusiaan.
Kesimpulan: Refleksi atas Pengabdian dan Keselamatan
Tragedi ini membuka mata banyak pihak tentang pentingnya keseimbangan antara refleksi pengabdian dan proteksi. Survei terbaru menunjukkan 63% responden mendukung reformasi menyeluruh program pengabdian masyarakat.
Aspek keselamatan kkn harus menjadi prioritas tanpa mengurangi esensi tridharma. Sistem monitoring real-time dan pelatihan mitigasi bencana perlu masuk dalam kurikulum wajib.
Implementasi tridharma perguruan tinggi idealnya melibatkan sinergi tiga pihak: kampus, masyarakat, dan pemerintah daerah. Kolaborasi ini memastikan manfaat akademik dan jaminan keamanan.
Perubahan sistem melalui audit independen dan digitalisasi proses menjadi solusi berkelanjutan. Dengan demikian, semangat pengabdian tetap hidup tanpa mengorbankan keselamatan.