dana darurat

Dana Darurat Sebaiknya Disimpan dalam Bentuk Apa?

Dana darurat adalah dana yang kita persiapkan untuk kondisi darurat. Kehilangan salah satu sumber penghasilan karena PHK, kecelakaan sehingga mengakibatkan terputusnya penghasilan, hingga keluarga yang sakit adalah sedikit dari beberapa kondisi yang membutuhkan dana darurat. Jadi, kita harus bisa menaruh dan membagi dana tersebut ke instrumen keuangan yang bersifat liquid atau mudah dicairkan.

Akan kurang bijaksana apabila menyimpan dana darurat dalam bentuk tabungan. Apalagi kalau jumlah kebutuhan akan dana tersebut sangatlah besar.

 

Contoh kasus:

Seseorang memiliki gaji Rp. 8 juta per bulan. Belum menikah, namun memiliki tanggungan adiknya yang masih bersekolah. Sebagai lajang, kebutuhan dana daruratnya adalah sebesar 3 bulan gaji atau 3 bulan pengeluaran. Namun karena ia memiliki tanggungan, maka kebutuhannya menjadi 6 bulan gaji atau 6 bulan pengeluaran. Kalau ia memiliki pendapatan sebesar Rp. 8 juta maka kebutuhan dana daruratnya maksimal adalah sebesar Rp. 48 juta.

 

Asumsi keadaan negara baik-baik saja dan ekonomi juga berjalan seperti biasa, tidak ada pandemi, maka menyimpan uang dalam bentuk tabungan di bank sebesar Rp. 48 juta menjadi terlalu besar. Jangan pernah menyimpan dana darurat ke dalam bentuk instrumen investasi yang tidak liquid atau tidak mudah dijual seperti saham atau aset property. Oleh karena itu, dana darurat dapat disimpan ke dalam 3 bagian, yaitu:

1. Tabungan

Jika nominal dana tidak terlalu besar, maka menyimpan di tabungan bisa dijadikan pilihan.

2. Logam mulia

Logam mulia sendiri termasuk instrumen investasi yang liquid karena diterima di mana saja, bahkan beberapa gerai pembelian online logam mulia memberikan garansi pembelian kembali apabila kita membutuhkan dana cash cepat.

3. Reksadana pendapatan tetap

Pemahaman liquid bagi suatu instrumen investasi adalah mudah dicairkan, atau bisa diubah dalam bentuk cash dalam waktu kurang dari 3 hari. Proses pencairan reksadana sendiri biasanya memakan waktu 2 hari sehingga reksadana bisa dimasukkan ke dalam kategori liquid.

 

Namun ada baiknya hati-hati dalam memilih instrumen investasi, karena belum tentu suatu instrumen investasi memiliki kinerja baik, atau ternyata suatu instrumen investasi itu tidak sesuai dengan profil risiko yang kamu miliki.

#